Rabu, 23 November 2016

Mom's Love : Everything



Saat pertama aku dengar diagnosa dari hasil biopsimu kemarin, rasanya aku masih tak percaya. Aku merasa semuanya tak berarti lagi. Mungkin bukan sebuah masalah besar bagi orang lain. Tapi bagiku, ini adalah seluruh hidupku. Sebuah sinyal bahwa aku akan kehilangan satu-satunya sumber rasa sayang tanpa syarat aku miliki.
Berat. Tapi aku harus kuat agar aku bisa menguatkanmu. Jangan sampai kau melihatku sedih. Jangan sampai kau melihatku berkaca-kaca. Aku berjanji, akan mengusahakan semaksimal yang aku mampu untukmu.
Dalam beberapa waktu yang tak banyak ini, aku ingin membuatmu bahagia. Karena aku sadar kesempatanku tak banyak. Dan aku iklas, ya aku berusaha iklas, meski air mata ini tak sanggup untuk terus ditahan.
Namun aku harus cerita pada siapa?
Di dunia ini, biasanya mereka memiliki dua atau lebih orang yang mereka kasihi. Keluarga besar yang benar-benar lengkap. Sedangkan aku, hanya memilikimu. Cuma satu.
Dan satu ini, tiba-tiba harus hilang, dan tak akan ada lagi.
Ah, tapi sudahlah..
Sesak rasanya dada ini Tuhan..
Aku tahu, Kau tak akan memberikan cobaan melebihi kapasitas umatMu. Dan aku harus berbangga karena itu artinya Kau percaya aku mampu, aku kuat.
Tapi bolehlah Tuhan aku menawar, aku juga butuh bahagia.. aku butuh kasih sayang..
Seperti mereka, yang berlimpah kasih sayang..
Dalam setiap doaku, selalu terselip harap..
Tuhan, Kau yang maha kuasa atas segalanya, maka bukan mustahil untukmu menarik kembali cobaanmu..
Tolong Tuhan, aku sendirian.. Tolong pahami aku sekali saja, aku membutuhkannya..
Aku selalu membayangkan, ada tempat untuk berbagi ini semua, karena aku tak kuat menanggungnya sendiri.. tapi kemana Tuhan???
Aku berharap ada yang mau mengerti, namun tidak ada satupun yang mengerti. Hanya Kau dan Aku.

Tuhan, pinjamkanlah bahumu untuk aku bersandar, peluk aku, katakanlah bahwa Kau selalu ada untukku, karena aku tak sendiri.. Tuhan…


Djakarta, 23 November 2016

Selasa, 22 November 2016

Mom's Love : Everything


Aku masih ingat saat-saat aku belajar minum susu dengan sedotan, malam hari. Aku begitu takjub dengan benda satu ini Ma, sedotan yang mama tunjukkan.
Saat-saat aku makan masih disuapi olehmu, saat aku berlarian minta dikejar untuk disuapi, lalu aku masuk melalui celah kakimu bermain ciluk ba.
Saat-saat aku bandel, tidur siang ditemani radio kesayangan. Mama tahu lagu kesukaanku.
Saat-saat aku mau tidur, aku suka sekali dibelai-belai Ma.
Saat-saat aku ngambeg dijejali coklat, saat aku pertama kali diajari makan coklat, tidak suka karena belepotan, Mama sabar mengelapnya.
Saat aku belajar membedakan tangan kiri dan tangan kanan, aku bangga karena aku bisa dan Mama tepuk tangan.
Saat aku bisa bilang huruf R, dan Mama memberiku hadiah.
Saat aku menangis karena jatuh dan berdarah, Mama menguatkanku untuk tak menangis.
Saat aku sakit dan minta digendong, Mama selalu siap menggendongku kapan saja.
Saat aku belajar membaca dan bisa melafalkan ny dan ng, aku gembira dan Mama menciumku.
Saat aku meraih juara, Mama selalu ada dibalik semua itu.
Saat terjadi sesuatu denganku, Mama yang paling heboh kuatir setengah mati.
Saat tidak ada Papa, Mama selalu bilang, tak apa-apa nak masih ada Mama.
Jika Mama tidak ada? Siapa yang akan mengatakan itu lagi Ma?
Saat aku sedang ragu untuk melangkah, Mama yang meyakinkanku bahwa aku bisa.
Saat aku menangis karena patah hati, saat aku menangis karena gagal, saat aku menangis karena kecewa, Mama selalu ada dan sabar mendengarkan ceritaku, selalu sabar menyemangatiku. Lalu nanti siapa Ma yang bisa mengerti aku?
Saat aku berada dalam kesulitan, doamu tak pernah lepas, lalu nanti siapa lagi yang mendoakanku Ma?
Saat aku telah berhasil, aku telah sukses meniti karir dan kehidupanku, aku ingin membahagiakanmu, tolong beri aku kesempatan, kumohon.

Mama I love you.


Djakarta, 22 November 2016