Jumat, 31 Januari 2014

Ahmadku Muhammadku Kekasihku






Oh Ahmadku
Muhammadku..
Jangan kau tutup matamu, karena tatapanku
Jangan kau tutup telingamu, karena nasehatku
Jangan pula bergegas pergi meninggalkanku, karena aku ingin mengajakmu
Oh Ahmadku
Muhammadku..
Akan kuhalau panasnya mentari untukmu
Tapi cobalah kau lihat, ada apa dengan wajahmu
Musam, muram dalam gelap
Oh rupanya ini gelap bukan malam
Ini gelap karena kopyahmu menutupi cahaya mentari
Oh Ahmadku
Muhammadku..
Tersenyumlah, suguhkanlah senyummu untukku
Karena kau telah mendapatkan hatiku
Hati yang selalu siap menjadi pegasmu
Mendorongmu jauh menggapai apa yang kau mau
Oh Ahmadku
Muhammadku..
Kekasihku..

Ayupria Sudjarwo

Kamis, 30 Januari 2014

Sajak Kerinduan



Ayupria Sudjarwo

Tampan wajahmu, bulat matamu, teduh tatapanmu
Ucapanmu menentramkan, penuh rayuan nan manja,
Sosok itu, itukah kau?
Kau yang telah membuatku rela menunggu hingga ubanku bertahta,
Laksana mahkota mengiriku menua
Kau, mengapa kini tak kudengar lagi manja sapamu di esok hari,
Mengawali semua yang seharusnya tak berawal
Apa kau tersesat? Apa kau lupa? Atau apa?
Jika kau tidak tahu, atau tahu tapi lupa alamat rumahku
Biarkanlah kakimu berjalan diatas hatimu
Biarkan dia mengiringimu menujuku
Tahukah kau,
Aku disibukan menghitung angka-angka dalam hari,
Bertanya pada diri sendiri
Berapa lama kita tak bersua?
Oh, pertiwi..
Ajari aku bagaimana memulainya
Bagaimana mungkin akan kutulis namanya
Sementara tinta yang kugunakan sama hitamnya dengan masa laluku?


Sebesar Apa Cintaku Padamu


sebesar apa cintaku padamu? | waktu kelak akan memberitahu

karena rasa ini belum pantas diucap | tidak selagi aku masih belum siap

karena satu ucapan bisa menodai hati | noktah maksiat yang menenggelamkan diri

aku terlanjur terjembab dalam lubang rasa | bicara atau diam itu sama-sama menyiksa

namun bila terucap bukan hanya menyiksa namun sisakan dosa | karena kita sama-sama belum siap dan memendam rasa bisa jadi nista

masa depanku dan masa depanmu siapa yang tahu? | namun terkadang kebodohan mengambil alih akal sehatku

kukira dengan mencurahkan rasa ini padamu akan menenangkan | padahal kutahu itu awal musibah yang berujung pada penyesalan

maka mungkin diam adalah jalan yang terbaik | atau kujadikan saja ia beberapa lirik?

bagaimanapun aku tak punya muka | bila harus memulai dengan maksiat

maka biarlah rasa ini masih terpendam tanpa diungkap | sampai waktunya aku mampu dan pantas untuk bercakap

seberapa besar cintaku padamu? | mungkin engkau takkan pernah tahu



sumber : Ust. Felix Siauw