Selasa, 20 Agustus 2013

Musibah Itu, Membuatku Semakin Dekat Dengan Tuhan



Tuhan memang memiliki caranya sendiri untuk mendekatkan hamba-hambanya. Barang siapa yang dikehendaki menjadi baik oleh Nya niscaya akan menjadi baik. Sebaliknya, barang siapa dikehendaki buruk maka akan buruk juga nantinya. Mudah saja, semuanya hanya sebatas ucapan kun fayakun dan semuanya akan terjadi. Mungkin ini juga yang sedang terjadi padaku, alhamdulilah nikmat sekali rasanya.

Kejadian itu benar-benar mengubah hidupku, walaupun mungkin hanya beberapa senti diatas kepalaku. Namun terlepas dari itu semua, aku sangat bersyukur. Sejak kecelakaan itu, aku menjadi peduli tentang arti kehidupan, minimal dua hal bahwa ternyata hidup itu sebuah anugrah yang perlu disyukuri kedua bahwa ternyata aku belum siap untuk mati. Betapa tidak, saat itu aku melaju dengan kecepatan 90km/jam, tiba-tiba ada sebuah mobil pick up yang tidak bertanggungjawab memutar arah di depanku, aku berusaha mengerem namun tidak sampai, hingga akhirnya kuputuskan untuk membanting stir ke arah kiri, akan tetapi bukan selamat dari menghindar justru aku terpeleset dan jatuh. Seketika aku berguling dan terseret beberapa meter menjauh dari motorku yang juga terseret berlawanan arah denganku. Saat itu alhamdulilah aku dalam kondisi kesadaran penuh dan membuka mataku. Kulihat ke arah kiriku ternyata ada truk yang sedang melaju kencang dan kusadari tubuhku tidak juga berhenti terseret, panik bercampur takut akhirnya kuputuskan mengerem tubuhku dengan kaki kiriku meski sedikit lecet tapi toh aku selamat.

Ketika kecelakaan terjadi, banyak orang menghampiriku, namun hanya sedikit yang peduli. Selebihnya hanya menonton, yah mungkin memang adatnya orang indonesia jika ada ornag kecelakaan bukannya ditolong justru malah ditonton, ck ck ck. Kudengar selentingan di sekelilingku karena mereka terheran-heran aku jatuh sedemikian kencang namun tidak luka dan motorku pun tidak apa-apa. Aku masih bisa berdiri, berbicara. Beberapa diantara mereka menyarankan aku untuk ke rumah sakit karena ditakutkan terjadi luka dalam. Dua orang diantara mereka kemudian menolongku ke rumah sakit. Setelah melewati beberapa cek sana sini di UGD, akhirnya aku pun dinyatakan sehat. Alhamdulilah aman pikirku.

Beberapa hari kemudian, sejak kejadian itu aku sering mengalami sakit kepala hebat, demam, mual dan nyeri. Awalnya kupikir mungkin karena aku puasa. Tapi kemudian aku cek di rumah sakit dekat rumahku, aku disarankan untuk ct scan, dan saat itu juga aku melakukannya tetapi hasilnya tidak dapat aku ambil saat itu juga. Selang beberapa hari, aku pun mengambil hasil ct scan dengan perjuangan mengantri yang lumayan panjang, maklum lah rumah sakit di daerah terpencil. Saar diberitahu oleh dokter sih biasa-biasa saja menurutku. hanya pendarahan yang telah membeku di otak, hematoma intrakanial. Katanya lagi, akan meresapa dengan sendirinya dalam kurun waktu 3 sampai 4 minggu.

Sejak itu aku pun tidak pernah mengkonsumsi obat yang diberikan oleh dokter. Namun, kekasihku mengatakan jika itu cedera yang cukup serius. Akhirnya aku bawa hasil ct scan ku ke pku jogja. Pertama Ibuku memaksa untuk ikut, tapi tidak bertemu dengan dokter saat itu, kemudian aku putuskan untuk kesana sendiri tanpa memberitahukannya kepada siapapun. Betapa kagetnya aku, dokter Tri mengatakan kalau lukaku cukup serius, obat bisa membantu, namun tidak ada keyakinan 100% jika gumpalan itu akan bersih seperti semula. Tindakan yang lebih baik adalah dengan pembedahan. Dan saat kutanya, bedah kepala itu biayanya tidak kecil. Bekas gumpalan tersebut bisa setiap saat menyumbat pembuluh darah otakku, itu artinya bisa bisa setiap saat aku bertemu Tuhanku. Saat ini aku hanya dapat berikhtiar dengan mengkonsumsi obat-obatan. Karena aku tidak ingin membebani orang tuaku dengan biaya yang sangat mahal untuk pembedahan. Apalagi saat ini hampir semua petani di wilayah jogja, kulonprogo dan purworejo mengalami gagal panen karena musim yang berubah-ubah. Selalu ada keyakinan dalam hatiku bahwa maut itu telah ditentukan sejak usiaku empat bulan dalam kandungan bukan? setidaknya dengan mengingat itu aku menjadi lebih tenang menghadapi semuanya. Dan setidaknya aku tidak merepotkan orang-orang disekitarku juga.
Dengan ini juga, aku menjadi tahu jika waktuku bisa habis setiap saat, sehingga aku harus mempersiapkan semuanya supaya aku tidak menjadi golongan orang yang merugi nantinya. Supaya nanti ketika semuanya tejadi aku telah siap, karenanya kini aku merasa sangat dekat sekali dengan Tuhan.

Selalu ada hikmah dibalik semua musibah, tidak ada yang perlu disesali dan tidak ada yang perlu dipermasalahkan, karena dari sini aku belajar pemahaman yang baik. Aku tidak pernah mengumpat kepada Tuhan kenapa ini terjadi denganku. Terlalu kompleks untuk dijelaskan. Yang aku tahu bahwa Tuhan menyayangiku dan dia menginginkan aku menjadi lebih baik dengan caraNya. Memang benar kata Tere Lije, perasaan itu tidak rumit kok, simpel saja. Tapi kita yang membuatnya rumit.


Jogja Ceria, 20 Agustus 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar