Minggu, 23 November 2014

Hujan di Penghujung Hari

By : Ayupria



          Cinta memang persoalan abstrak yang tak dapat digambarkan, tak dapat pula diterawang apalagi dipelajari. Cinta adalah makhluk absurd paling fenomenal dalam kehidupan manusia, entah seperti apa rupanya, yang jelas dia dengan gampangnya membuat manusia hilang logika. Membalik hati menjadi bengkak, otak tak bergerak dan membuat mati sendi-sendi. Andai saja dapat kulihat rupanya, minimal dapat kuraba keberadaannya, pastilah sudah kutampar habis-habisan. Bagaimana mungkin dia bisa membutakanku, sedangkan aku sedang menatap tajam? Ah sudahlah, mengumpat pun bukan hal yang lumrah untuk dilakukan. Seperti orang gila yang baru saja keluar rumah sakit jiwa, dengan segenggam obat di tangannya, Gila!!!
Dan ternyata kamu penyebabnya, iya kamu. Kamu yang membuatku gila Ki. Kamu yang sudah membiarkan pikiranku menerawang jauh. Bahkan aku tak tahu dimana ujungnya ini akan ku akhiri. Sejenak aku berpikir, apakah ini pantas aku rasakan, apakah ini pantas untuk kita lakukan? Pertanyaan-pertanyaan ini seringkali menghantuiku, terlebih sesaat setelah aku selesai bercanda denganmu, berbagai pertanyaan mengambil giliran mencercaku. Apakah aku sadar dengan apa yang aku lakukan?

“Kling..”
“Ta, aku deg-deg an nih”
“kenapa Ki?”
“Besok aku ujian Ta, rada nervous nih, bisa ga ya ngerjainnya”
“bisa..bisaa..aku yakin kamu bisa, semangat donk Ki, berdoa, ntar aku doain spesial ga pake telor buat kamu deh”
“Eh dipikir ini badan kaya telor?”
“Ya abis mirip sih, beda-beda tipis, sama-sama bulet, hahahaha”
“Ki, aku ga bisa tidur nih, gara-gara kamu aku insomnia kan, tanggung jawab”
“Ish..ish..terlalu cepat menyimpulkan”
“Ta..Tata..”
“Katanya insomnia kok nyaringnya udah sampe sini..”
 
***
“Eh..maap Kiki, tadi malem aku udah pules, hehehehe..”
“Udah tahu, udah biasa, aku kan pengantar tidurmu”
“Sory deh Ki, bukan maksud hati, tapiiiii… hahahaha peace deh”

          Pagi ini, selalu istimewa seperti pagi-pagi sebelumnya. Selalu cair manakala kabarmu sudah kudengar. Meski hanya sebatas ini, namun aku tahu kamu pasti merasakan hal yang sama denganku. Aku nyaman denganmu Ki, kamu mengubah hidupku yang hambar menjadi manis, dengan sejumput perasaan yang kamu tebarkan di sudut-sudut hati.  Aku ingin teriak, berkoar kencang ke setiap penjuru jiwa. Bertandang ramah ke hatimu, mengetuknya berharap kau membukanya. Ah sudahlah Ki, sepertinya sarafku memang sedang tegang, lupakan kata-kataku barusan.

“Ta..aku pengen curhat nih, tapi jangan ceritain ke siapa-siapa ya Ta..”
“Alah, sok-sok an banget sih pake rahasia-rahasian Ki, udah kaya sinetron aja kamu nih”
“Beneran Ta, soalnya dia udah ada yang punya. Aku Cuma pengen cerita aja”
“Emang  tentang apa sih, dan tentang siapa sih Ki”
“Adalah Ta, kamu nih kepo banget ya, dengerin aja napa”
“Yaudah, buruan cerita ga pake bersambung yah, males dengerinnya”
“Iya Ki, jadi gini aku lagi kasmaran berat  sama cewek , tapi gimana ya Ta, dia udah ada yang punya.”
“Alah cemen kamu Ki, yang namanya cowok itu mesti gentle, selama janur kuning belum melengkung itu milik bersama, siapa aja boleh dapetin dia. Saranku sih, kalo kamu emang niat baik sama itu cewek, kamu tata masa depanmu, sama seperti dia menata dirinya, nanti waktunya kamu siap, katakan. Diterima ga diterima urusan belakangan. Yang penting kamu ga mati penasaran”
“Hm, gitu ya Ta.”
“Iyalah Ki, menurutku sih. Soalnya kadang cewek itu terbelenggu sama hubungan, mau mutusin ga enak, ga diputusin cowoknya ga pengertian. Sapa tahu dia justru sreg sama kamu, dan nunggu kamu ungkapin perasaanmu pada waktu yang tepat.”

     Deg… Jantungku serasa berhenti seketika, pecah berkeping-keping tak terhitung jumlahnya. Kepingannya meluruh mencapai sendi-sendi, membuat badanku lemas dengan ratusan tulang yang mendadak ingin lepas. Aku hanya bisa diam, menangis pun aku lupa bagaimana caranya. Aku kembali terdiam, mencoba mencerna makna di setiap perkataanmu Ki. Menjadi pendengar yang baik atas apa yang kau sampaikan. Semilir angin berhembus menerpa daun, rantingnya yang lemah terpaksa luruh bersama luruhnya seluruh sendi-sendiku terkena pecahan jantungku.  Ternyata perasaan ini hanya aku yang merasakan. Hanya euforia sesaat yang kemudian hancur ketika kau mengatakan jika kau telah mencintai seseorang.
      Sialnya aku telah berjanji pada diriku untuk menjadi teman yang baik untukmu, penghiburmu, penyemangatmu, hingga aku pun tak dapat lari dari kenyataan ini. Aku harus tetap terlihat santai dan seakan mendukungmu dengan seseorang itu, meskipun rasanya sangat sesak disini. Aku tetap ingin yang terbaik untukmu, meskipun kau tak tahu, tapi aku yakin suatu saat nanti kau akan tahu. Perlahan tapi pasti aku harus melepaskan perasaan ini, sudahlah, aku sudah cukup dewasa melakukannya.
***
“Gimana Ki, tesnya? Lancar?”
“Yah begitulah Ta, aku pasrah aja, doakan ya Ta. Aku mau yang terbaik buat dia nanti.”
“Emang kalo dia besok lagi kosong kamu yakin bakal diterima Ki?”
“Yakin aja deh, optimis Ta”
“Dengan badan telur rebus kek gitu? Becanda kali Ki?”
“Lha emang kenapa?”
“Em, mungkin perlu perbaikan sedikit, kamu kalo kurusan dikit ganteng banget lho Ki, dan yang jelas lebih sehat, emang kamu mau nanti waktunya kamu menghabiskan hidup sama dia kamu justru ga bisa menikmati kebersamaan kalian karena sakit?”
“Ya ga mau sih Ta, aku juga udah berusaha tapi gagal mulu nih”
“Sini Ibu dokter ajarin, sapa tau tips yang dari aku yang tokcer”

            Duh, beruntungnya wanita itu Ki, andai dia tahu seberapa keras kamu berjuang untuknya. Dan tetiba aku pun ingat, aku ingin memastikan Kiki berhasil mendapatkan wanita pujaannya, maka sedikit saran kuberikan untuknya, minimal untuk menambah daya tariknya. Bukankah bukti rasa sayang yang paling konkret adalah melihat orang yang kita sayangi dan kemudian berhasil. Begitu pun aku, aku akan kecewa ketika kamu kecewa Ki, aku akan menjadi orang pertama yang sedih jika kamu terpuruk.
            Aku memang munafik Ki, tapi tolong jangan sebut aku munafik. Karena perasaan ini sungguh bukan aku yang meminta, tapi Tuhan beri. Aku bukan seseorang yang berani menyatakan perasaanku, aku selalu takut mengakui. Aku menyukaimu, namun waktu tak membiarkan kita untuk bersatu. Mengertilah Ta, mungkin pada kehidupan selanjutnya atau selanjutnya lagi. Aku tak berjanji namun aku sedikit lega jika kau mau mengerti.
           Dan masih seperti biasanya, kau membuat kemunafikanku semakin menjadi. Kau keluarkan semua ocehan gilamu, yang romantisnya mengalahkan pangeran berkuda putih dalam mimpi. Aku tersengat dahsyat, setiap kali kamu memujiku. Tanpa kau tahu Ki, aku selalu tersenyum setiap kali kau katakan itu. Berharap lagi dan terus kau ulangi lagi. Aku yakin ada candu yang mencanduiku ketika kau mengatakannya.

“Ta, itu beneran kamu”
“Apanya yang beneran aku Ki?”
“Ya itu fotomu, kok tumben cantik banget”
“Plis deh, emang biasanya?”
“Biasanya juga cantik sih, cumaaaa…”
“Cuma apa Ki? Wah perasaanku mendadak ga enak nih, pasti mau ngatain nih hawa-hawanya”
“Eh beneran, emang kamu aslinya manis kok Ta. Kalau diliat-liat kamu emang manis,sayangnya…”
“Sayangnya apa?”
“Sayangnya ga ada yang ngeliatin, hahahaha..”
“Ah kampret kamu Ki”

         Aku tahu dan aku sadar, tidak semestinya aku merawat bibit euforia ini. Aku harus kembali sadar terhadap kenyataan. Tapi ini sudah terlalu jauh, bahkan aku mungkin telah lupa jalan pulang, aku tersesat Ki. Kembali ku tatap lekat-lekat diriku dalam cermin, dalam sekejap aku diliputi rasa bersalah sekaligus senang bukan kepalang. Bertanya pada diri sendiri bagaimana ini bisa terjadi. Huft, otak ini sepertinya memang sudah tidak berjalan, mungkin lusa harus kubedah supaya aku bisa mengeluarkanmu dari otakku.
***
              Minggu pagi ini rupanya menjadi momen spesial untukku, seharusnya sih. Hanya saja mungkin tidak untuk minggu ini. Sebulan sekali atau bahkan terkadang tiga bulan sekali Firdi mengunjungiku. Kadang aku kesal dengannya, menuntut hak ku untuk diperlakukan sebagai kekasih secara wajar saja tak bisa. Sinyal selalu menjadi alasan kenapa dia baru bisa menghubungiku sebulan sekali ketika dia ke kota. Bayanganku justru lebih mengenaskan, mungkinkah dia disana hidup primitif dengan suku pedalaman yang hanya pake koteka kemana-mana. Dan hari ini tiba-tiba Firdi sudah mejeng di teras rumah, tanpa kabar terlebih dulu. Bener-bener jailangkung, datang tak diundang, ga ngerti juga datangnya kapan, pulang pun tak diantar.

“Cinta lagi apa?” tanya Firdi.
“lagi ga jelas nih” jawabku singkat
“Ga jelas kenapa?”
“Ya ga jelas nungguin kamu.” Sentakku kesal.
“Cinta kok aneh sih?”
“Yang aneh itu kamu Fir.”
“Aneh kenapa sih” tanya Firdi penuh selidik
“Iya aneh, soalnya udah kaya jailangkung, ga ngerti kabarnya gimana, tahu-tahu nongol depan pintu, untung receh dirumah abis, kalo ga mungkin udah tak kasih receh biar cepet-cepet pergi.”
“Hm, kok gitu sih. Aku kan udah bilang kalau disana sinyal susah, harus ke kota.”
“Kamu yang aneh Fir, emang ga ada pekerjaan lain apa? Sampe kamu bela-belain disitu, kamu naksir sama cewek primitif? Emang disini udah ga ada tempat yang mau nampung kamu ya? Aku punya pacar tapi ga ngerasa punya pacar tahu gak”
“Iyadeh, perakitannya masih beberapa tahun lagi soalnya, aku harus fokus Ta.”
“Yaudah makan tuh roket jadi-jadianmu, jangan salahin aku tapi ya kalau nanti aku naksir orang disini.”
“Jangan gitu dong Ta, kamu kan tahu aku ngidam ini sejak dulu. Kenapa aku pilih tempat terpencil karena biar ga banyak orang yang tahu, nanti waktunya ku tunjukkin ke dunia kan bisa heboh, kamu juga ikut tenar Ta”
“Aku ga ngerti deh sama jalan fikirmu Fir, kamu terlalu larut dalam duniamu sendiri, bahkan mungkin sudah ga ada tempat di hatimu buat namaku. Apa iya besok kalau kita nikah bakal kaya gini terus?”
“Kamu ini kenapa sih Ta, ga biasanya kaya gini, biasanya kamu ga pernah komplain sama proyekku.”
“Iyadeh Ta. Aku benar-benar minta maaf, kita baikan yuk. “
               
          Perasaan bersalah mulai merayapi tubuhku, beranjak dari ujung kaki berakhir tepat di ujung kepalaku. Memaksaku berpikir kembali, apakah aku terlalu keras bicara dengan Firdi? Dia memang selama ini selalu sibuk dengan dunianya, tapi toh dia tak pernah komplain dengan duniaku juga. Tapi bukankah cinta itu menuntut? Aku semakin sangsi dengan hubunganku, ini cinta atau hanya sekedar hubungan kebiasaan? Hubungan kami hambar, tak ada naik tak ada turun, tapi datar setiap waktu. Namun begitu, tak sepantasnya aku membiarkan hatiku terisi nama lain bukan?
          Semakin hari semakin bertambah rasa bersalahku ketika aku merasakan kenikmatan dan kenyamanan yang tak seharusnya dari Kiki. Meskipun aku tahu itu hanya perasaanku saja, aku yakin Kiki tak bermaksud melakukannya. Itu hanya karena dia tidak tahu tentang perasaanku. Andai saja dia mengetahui bibit-bibit cinta ini, pastilah dia akan mundur teratur. Aku? Jelas tak ingin itu terjadi, tapi sampai kapan ini akan terjadi?

Bersambung…

Selasa, 11 November 2014

Menunggu Negeriku Membusuk !!!



Ayupria
Hujan pagi ini, benar-benar mengantarkan sebuah kabar kesedihan. Bersamanya, berita dari seberang datang ke pekarangan.Mengetuk tiap-tiap pintu nurani untuk sedia membuka hati, mempersilahkannya singgah untuk beberapa saat menyadarkan setiap jiwa yang tertidur. Aku menyambutnya, mendengarkan keluh kesahnya. Tentang negri yang tak lagi asri, porak poranda oleh mereka yang berkuasa. Tak ada lagi semilir angin kebahagiaan untuk orang-orang. Kebahagiaan serta keceriaan itu seakan meredup seiring tahun berganti, semakin buruk manakala mereka tak lagi dapat merasakan apalagi mendengar.

Tuhan, kenapa negriku seperti ini?
Aku meracau dalam tidur, aku mendendam dalam diam, dan aku mengumpat kala sempat. Semuanya seakan aku tak mengenalinya. Dimana jiwa-jiwa yang rajin itu, jiwa cerdas dengan etos kerja yang kuat. Dimana sesepuhku, leluhurku saat ini? Bisakah mereka kembali dan mengajarkan kepada anak cucunya tentang arti sebuah kekuatan? Keberanian?

Hiruk pikuk negri dengan segala gemerlapnya, gaya hidup, sekulerisme, kapitalisme..
Aku geram, geram sekali. Seakan ingin kumaki setiap penerus bangsa yang malas, yang banyak bicara tapi omong kosong. Seharusnya mereka akan lebih mudah hidup dalam dunia saat ini dibandingkan dengan seribu tahun yang lalu, namun kenyataannya, mereka justru menjadi keset wc di negeri sendiri. Muaka aku melihat anak sekolah yang kerjaannya nongkrong, bolos, merokok, tawuran, main gadget tiada kenal waktu. Ingin kutampari mereka semua. Mau jadi apa negeri ini kelak jika penerusnya seperti itu? Sedangkan orang-orang pendatang, mereka datang dengan segenap kekuatan penuh, melibas mereka yang tidak bisa mengikuti zaman. Oalah Gusti... kenapa tak kau musnahkan saja mereka ini?

Ketika pemerintahan sudah tak dapat terselamatkan, siapa yang peduli? Ketika Eksekutif, yudikatif dan legislatif sudah ditunggangi mereka yang gemar bagi-bagi korupsi, berjamaah pula. Hanya media yang mampu menyetir. Namun negriku ini istimewa Gusti, media tak lagi jujur. Mereka menadah koin-koin receh dari pemerintahan. Menerima pesanan berita setingan, berita busuk yang aku yakin kau tak akan sudi menciumnya. Sudahlah Gusti, tunggu apa lagi? Hancurkan saja negriku, toh memang sudah hancur, lalu kita menunggu apa? menunggu mereka sendiri yang meratakannya? Ah terlalu lama itu Gusti.


***

Jauh di pedalaman negeri, ketika padi tak mampu menyediakan nasi. Lumbung-lumbung sepi, dapur pun tak mengepul. Laki-laki menjadi pemalas, takut terik dan gemar meringkuk dalam sarungnya, maka inilah jelas pertanda kehancuran. Ibu, Ibu, Ibu.. sekali lagi Ibu.. mereka harus turun tangan membantu mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Memastikan anak-anaknya tetap kenyang dan otak mereka bekerja dengan baik untuk belajar. Persetan dengan suaminya, mungkin dalam hati mereka pun akan menyumpahi mati saja kau suamiku. Dan laki-laki seperti ini memang seharusnya di eliminasi dari negeri ini, mereka perusak paling alami.

Anak-anak, tak lagi mendapatkan hak nya secara penuh. Tak lagi mendapatkan didikan yang baik secara penuh oleh Ibu mereka, bukan apa-apa, karena waktunya tersita untuk mengurusi remeh temeh, urusan dapur dan dompet. Anak-anak menjadi kurang kasih sayang, kurang didikan, kurang motivasi, bahkan terburuk adalah meniru ayahnya. Ini belumlah separah yang akan kuceritakan pada bait selanjutnya.

Indonesia terkenal akan ekspornya, sayangnya ekspor disini adalah ekspor manusia, ya..buruh-buruh rumah tangga berpendidikan rendah. Nekat berangkat dari kampung, berharap nasib yang lebih baik untuk keluarga mereka. Rumah bagus, motor bagus, sawah ladang yang luas. Tapi mereka kehilangan harta yang sesungguhnya, anak mereka. Sedangkan sang suami leha-leha menyeruput kopi menghisap rokok, tidur nyenyak di kasur empuk. Cukuplah sang anak diberi lembaran pak karno untuk jajan sesukanya. Tanpa peduli akan dipakai untuk apa uang itu, tanpa peduli mereka juga butuh kasih sayang. Bahkan sedikit sekali ayah yang peduli anaknya sekolah atau tidak. Sampai akhirnya menghasilkan beribu bahkan berjuta pemuda generasi otak rendah. Gampang dibodohi, gampang ditipu, gampang diperdayai dan dipermainkan oleh mereka yang cerdas, sampai akhirnya mereka menjadi keset di negeri sendiri.

Rumah dan ladang yang dicari bertahun tahun akhirnya hilang juga, tergusur proyek mereka yang cerdas. Otak sudah hilang, harta pun habis. Percuma dan kesia-sia an upaya yang telah dilakukan si Ibu. Hanya menyesal meratapi nasib. 

***

Kenapa sih tidak ada yang membuka mata?
Kenapa sih tidak ada yang Peka?
Kenapa untuk masuk ke perusahaan seleksinya ketat, sedangkan untuk menjadi guru ecek-ecek.
Kenapa sih guru yang bagus harus melewati tahap pns kalau nyatanya pns sendiri sebagai ladang korupsi
Kenapa sih mereka yang benar-benar berdedikasi untuk negeri justru tak menerima imbal yang patut

Ibu..dan Guru.. 
Mereka adalah mesin pencetak generasi hebat, tolong perhatikan baik-baik kualitas mereka
jangan sampai kesalahan akan terus berlanjut dan tinggal menunggu waktu untuk kita menjadi keset sejati

Ayupria

Rabu, 13 Agustus 2014

Cinta Tak Selalu Berujung Indah


Oleh : Ayupria

Aku memang mencintai dunia menulis, seakan ini adalah duniaku yang sesungguhnya. Menulis membuatku lepas mengumbar apapun yang aku rasakan, tanpa ada basa basi tanpa perlu merasa akan didengar atau tidak. Menulis mengubahku menjadi manusia bebas seutuhnya. Namun begitu, bukan berarti aku akan menuliskan sebuah elegi yang harus direnungi setiap pagi, bukan juga sajak berat untuk disantap setiap saat. Sesungguhnya, lewat tulisan-tulisanku aku hanya ingin berbincang dengannya, tentang hujan yang membuatku nyaman, tentang wangi rumput basah yang menenangkanku, tentang sejuknya embun dan birunya langit yang menyapaku tiap pagi dan tentang kita. Meski mungkin tak pernah kau baca dan tak pernah kau balas sekalipun.

Ada dua kesalahan dalam hidup,kesalahan pertama adalah kekhilafan sedang kesalahan yang kedua adalah kebodohan. Yang terakhir rupanya lebih pas untuk singgah sebentar sebagai gelar kehormatan yang busuk menempel pada diriku. Jika waktu dapat kuputar kembali, aku tetap tak yakin akan merubahnya, bahkan mungkin aku akan mengulanginya lagi, lagi dan lagi.

''tok..tok..tok..."
Suara ketukan itu membuyarkan lamunanku, lamunanku tentangmu, tentang kita masa itu serta memaksaku menghadapi kenyataan yang sekarang harus kutatap dalam.
"Ya sebentar." sahutku.
"Pihak pengantin pria sudah datang, kau tak ingin menemui mereka?" tanya adikku.
"Iya nanti kakak kesana, kamu duluan aja yah, bilang mbak sedang ganti baju, oke?"

Aku tak sanggup Tuhan, bagaimana ini? Aku takut, aku tak siap menghadapi ini. Ini adalah keputusan terbodoh yang pernah aku ambil. Bagaimana mungkin aku bisa menghabiskan sisa hidupku dengan orang yan sama sekali tidak aku cintai? Apa aku bisa melewatinya. Kepalaku pening, dengan sigap setan-setan terkutuk menyelimuti pikiranku. Mengubah semuanya serba terbalik, menyajikan iklan sirup yang paling nikmat di hadapanku, yap..pembersih lantai di kamar mandi terlihat sangat menggiurkan untuk diteguk.

"Sudah cukup."
Aku..aku..apa yang harus kukatakan pada mereka? haruskah aku berkata jujur dan menyakiti semuanya? atau aku harus kabur seperti pengecut? yang jelas tetap berbohong bukanlah keputusan yang bagus. Aku tidak ingin menyakiti mereka, tapi aku juga..ah..aku egois. Jika aku menghindar dan meninggalkan semua ini, itu artinya aku egois, membiarkan orang lain memupuk cintanya terhadapku kemudian aku datang mengatakan yang sebenarnya. Itu artinya akan melukai mereka dengan amat amat sangat. Sudahlah, bukankah cinta bisa datang belakangan? Apalagi dia begitu sangat mencintaiku, meskipun aku tidak demikian.

***

"Aku putus Ren, tapi aku tak bisa lepas darinya, bisa kau bantu aku?" kataku pada Rendra.
"Gimana bisa move on Sis, kamu aja masih terus ingat sama dia, mau kukenalin sama seorang cowok, dia udah lama menaruh hati sama kamu, jauh lebih baik dari cowokmu malah, yah kenalan dulu gapapa biar lebih dekat."
"Em, ogah ah Ren, kamu tahu kan aku kaya gimana, kamu udah kenal aku sejak kecil."
"Kalo yang ini beda Sis. Aku jamin kamu pasti suka."

Mungkin kata Rendra benar soal itu, move on hanyalah soal waktu. Tapi bagaimana mungkin aku bisa segampang itu melupakannya yang telah lama bersamaku? Hari ini, Rendra akan mempertemukanku dengan Ghifar, saudaranya yang akan ia jodohkan denganku. Aku mencoba untuk meyakinkan diriku, bahwa Ghifar dapat menggantikan posisi Julian. Cuma soal waktu, itu saja pikirku.

Pertama kali aku bertemu dengan Ghifar, aku merasa ada yang ganjil, aku merasa pernah melihat orang ini, sosok ini, tapi dimana? apa ini de Javu? Oh bukan, rupanya Ghifar adalah orang yang waktu itu ada di foto yang mama berikan untukku, mau dijodohkan denganku. Hm.. kecurigaan segera menyergap otakku. Rendra pasti sedang sekongkol sama mama, pantaslah dia jadi begitu baik padaku, menemani masa-masa sedihku, mengantarkanku kemanapun aku mau, bahkan menuruti semua mauku. Rendraaaaaa.... Grrrr... Awas saja kau nanti.

Kesan pertama yang kutemukan pada Ghifar memang tak terlalu manis, aku juga tak berharap banyak sebelumnya akan menemukan sesuatu yang wah, yang sama seperti ketika aku pertama kali bertemu Julian di kedai itu. Ah gila, sudah gila rupanya aku, kembali lagi mengingat Julian dan Julian. Hari-hari berikutnya kuhbiskan dengan PDKT dengan Ghifar. Memang kuakui, Ghifar baik, terlalu baik sampai-sampai tidak ada celah sedikitpun untuk mengutuknya. Sial, aku mulai terombang ambing dalam perasaan yang kacau. Entah Ghifar hanya sebagai pelampiasan perasaanku terhadap Julian atau sebaliknya aku memang mencintainya? Yang kurasakan aku memang merasa nyaman dengannya, terlebih karena dia selalu nyambung kuajak berseloroh tanpa marah sedikitpun. Sesekali dia mulai mencuri perhatianku dengan mengatakan telah menungguku sekian lama. Lagi-lagi aku mengutuk Rendra yang telah menjodohkanku dengannya, ingin sekali kutanyakan dibayar berapa sih kamu Ren

Lelah bertambah lelah manakala Julian kembali memaki dengan mulut pedasnya, cemburu membabi buta pada Rendra yang jelas-jelas sudah ribuan bahkan jutaan kali kujelaskan. Sudahlah, tak perlu mengurusinya lagi, sudah cukup semuanya membuatku sakit. Tapi mungkin sebenarnya akulah yang menyakitinya. Yap, kami sama-sama saling menyakiti, kami berpisah bukan karena kami berhenti saling mencintai, kami hanya berhenti untuk saling menghujat dan menyakiti.

Sebulan berlalu, Ghifar memang kurang ajar, berani betul dia memintaku secara langsung ke mamaku tanpa sepengetahuanku. Aku dekat, bukan berati aku ingin menkah deganmu. Sayang, berita itu begitu cepat menyebar hingga orangtuamu pun ikut-ikutan modus ke mamaku meski cuma say hello mengatakan maaf lahir batin. Semuanya telah berbeda cerita kini, aku tanpa pernah kamu beri kesempatan untuk menjelaskan kepada mereka bahwa aku tak mau. Aku ingin pergi namun seakan kamu telah membuat opini bahwa aku mau Ghifar, membuatku merasa bersalah jika aku tak melakukannya.

Beberapa hari yang lalu, aku bertemu Julian. Aku melihat wajahnya, tatapan matanya yang sayu. Ingin sekali kuusap wajahnya, kupeluk erat sejadi-jadinya. Namun sepertinya itu tak mungkin lagi, aku tumbang dalam perasaan yang menenggelamkanku. Dan aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Wajah sayu itu, kembali mengingatkanku. Siapa lagi yang mengurusnya? Apa dia bisa mengurus dirinya sendiri? Bagaimana kalau dia sakit? Ah sudahlah, biar waktu yang menjawab.

***

"Siska..kamu di dalam nak?"
"Sis..Siska? Ghifar dan keluarganya sudah datang tuh, ayo cepat nak."
Suara itu terdengar sayup-sayup di telingaku, dibarengi dengan sederet kenangan yang berjalan di depan mataku. Kenangan indah yang mungkin tidak akan pernah terulang kembali. Sesaat aku masih mampu untuk menyebut namamu hingga akhirnya, semuanya menjadi gelap.

Jumat, 25 Juli 2014

Stop Intimidasi, Stop Bullying, Raih Kembali Kedaulatanmu !


By : Ayupria

Udara Jogja akhir-akhir ini terasa begitu segar, benar-benar berasa mak "nyes" merasuk ke setiap organ hingga ujung-ujung sendi. Entah ini memang hanya perasaanku atau memang alam sedang berbaur bersamaku merayakan kemerdekaanku, kedaulatanku yang kembali kugenggam setelah sekian lama kugadaikan atas nama cinta. Setidaknya sekarang aku menjadi lebih menghargai, makna sebuah kemerdekaan atas diri sendiri. Kemerdekaan menentukan siapa kamu, bagaimana kamu hingga ke sebuah seluk beluk yang paling rumit, kamu mau apa. Hampir sama dengan negaraku, ketika kedaulatan kita gadaikan ke pihak asing, kita ini mau apa? mau jadi apa? semua gerak bahkan terbatasi oleh mereka yang memegang kedaulatan kita. Jadi untuk apa kita hidup? hanya sebagai boneka, bahkan mungkin kita sendiri tak memiliki hak untuk menggerakan kedua tangan kita jika mereka bilang tidak. 

Hidup dalam bayang-bayang intimidasi, bullying dan semacamnya hanya akan membuatmu lupa siapa dirimu sebenarnya. Kita bahkan tak bisa menjadi pahlawan untuk diri kita sendiri. Kecuali kamu atau aku mampu untuk berkata "TIDAK" dengan tegas kepada mereka yang mengintimidasi dan melakukan bully terhadap kita. Kita adalah pemilik yang sah tubuh kita, lahir dan batin, karena Tuhan telah mempercayakannya. Tidak ada satu orang pun yang berhak untuk melakukan hal yang tidak seharusnya kepada kita. Dan itu hanya akan berlaku tergantung bagaimana kita menghargai diri sendiri. Orang lain tidak akan melakukan intimidasi jika kita berani tegas, sebaliknya dia akan semakin menjadi ketika kita lemah. 

Intimidasi, Bullying, apapun bentuknya yang jelas aku tidak mentolerir, dan tidak akan pernah mentolerir. Karena aku tidak ingin ada celah dan terulang untuk kedua kalinya. Apapun dasarnya, cinta, kasih sayang atau dengan alasan agama pun, aku tak akan pernah memaafkan. Intimidasi merusak psikologis si korban, jarang ada korban yang bisa bangkit dari masa lalu kelamnya, namun tak sedikit pula yang berhasil dan membantu yang lainnya. Intimidasi bisa datang dari berbagai pihak, termasuk orang dekat sekalipun, seperti pacar, teman, orang tua, saudara dll. Dan hanya mereka yang jiwanya lemah yang dapat menjadi korban, seperti aku misalnya. Tapi itu dulu, dan kini akan kuceritakan kepada pembaca blog ku supaya dapat menjadi inspirasi bagi mereka yang membutuhkan.

Dulu, aku hanyalah aku. Selalu menjadi korban intimidasi dari orang terdekatku, sayangnya aku tak pernah berani memutuskan untuk benar-benar pergi. Karena aku lemah. Aku lemah karena aku terlalu takut untuk merasakan sakit, meskipun aku tahu rasa sakit itu hanya sementara. Akhirnya, setelah sekian banyak pengalaman jatuh bangun, dan atas dukungan banyak pihak yang menyayangiku, aku menjadi kuat, aku bangkit dan mulai melawan. Aku takut, namun nuraniku menguatkan. Aku tahu karena saat itu aku harus benar-benar tegas untuk berani memutuskan dan bertindak. Intimidasi tidak akan selesai tanpa dilawan. Orang-orang semacam mereka, yang merusak psikologis orang lain, tak berhak dikasihani. Bahkan hingga saat ini aku belum bisa memaafkannya, meskipun begitu aku tetap mencobanya. Akhirnya, seiring berjalannya waktu, maaf itu datang sendiri ketika aku mulai melupakannya. Melupakan orang yang pernah merusakku. Memaafkan orang yang pernah menyakiti kita dengan sangat dalam adalah bukti bahwa kita sudah benar-benar kuat untuk tidak mengingatnya lagi, itu juga bukti bahwa kita telah berdamai dengan masa lalu dan siap membuka lembaran baru.

Kini, aku yang dulu pendiam, pemurung, cengeng, dan berbagai penyakit hati lainnya sudah tidak ada lagi. Aku yang sekarang adalah aku yang aktif dalam berbagai kegiatan sosial, kembali merangkul banyak teman, alhamdulillah sahabat-sahabatku juga masih setia menyayangiku, kembali dapat menerimaku. Kemerdekaan hidup benar-benar sangat terasa. Aku juga merasa bahagia ketika aku bisa bekerjasama dan berbagi dengan orang lain. Lelah bahkan tidak pernah terasa saat orang lain yang kau tolong menyunggingkan senyumnya untuk kita, dan itu bayaran paling mahal menurutku. Membuat orang lain tersenyum ikhlas terhadap kita. Itulah hidupku sekarang, penuh suka cita dan selalu penuh tawa. 

Bagi mereka yang terkurung dalam lingkaran intimidasi, tidak ada upaya lain yang bisa dilakukan selain melawan, melawan dan melawan. Kesadaran penuh bahwa raja dari tubuh kita adalah diri kita sendiri, orang lain tak berhak mengotak atik kedaulatan yang kita miliki, karena kita yang memiliki, bukan mereka.  Bantulah orang-orang disekitar kita untuk bangkit melawan bullying, beri dukungan dan tingkatkan kepercayaan diri mereka, sayangi mereka, dengarkan mereka, serta ajak mereka untuk membantu sesama agar mereka tahu betapa berharganya hidup mereka untuk disia-siakan di tangan orang tak bertanggung jawab.

Selasa, 29 April 2014

Sudahlah, Lupakanlah, Lepaskanlah


Ayupria

. . . "Apologizing doesnt always mean you are wrong and the other person is right, it just mean you value your relationship more than your ego" . . .

Sudahlah, lupakanlah dan lepaskanlah semua yang memberatkanmu. Untuk apa terus disimpan, toh tidak akan menjadi emas bukan? Semua adalah pilihan, tentram atau tidaknya hatimu, kamu sendiri yang menentukan. Senyum itu akan tetap ditempatnya atau tidak juga pilihanmu untuk mengaturnya. Tapi ingat, semua pilihan pasti ada pertanggungjawabannya kelak.

Luka hati, memang perih, sakit. Terkadang dahsyat sekali sakitnya sampai-sampai ada yang tidak bisa move on. Tapi semua itu tergantung kitanya kok, bagaimana kita memanage hati yang cuma satu ini. Apakah kita memilih memaafkan kemudian melupakannya ataukah luka itu akan terus kita simpan, terus kita ingat dan merongrong kesehatan kita. Sudahlah, lebih baik lupakanlah. Banyak dari kita yang mengatakan kalau teori memang mudah, tapi melakukannya sulit. Bagi yang berfikir begitu, hey, bacalah sebentar.

Sebagai manusia biasa, saya juga pernah mengalami hal yang sama. Pernah mengatakan hal yang sama ketika saya dinasehati. Sampai suatu saat saya menyadari bahwa tidak ada yang rugi atas kebecian ini selain diri saya sendiri. Saya lelah menyimpan luka bertahun-tahun, akhirnya saya pilih melepaskannya. Biar itu menjadi urusan Tuhan saya dan dia yang menyakiti saya, saya sudah maafkan, masalah antara saya dengan mereka sudah selesai. Saya merasa lebih ringan, merasa hidup kembali dan merasa lebih baik.  Sejak saat itu, saya terus melatih diri saya, untuk tidak merespon semua pancingan-pancingan emosi yang ditujukan kepada saya. Saya pikir, tidak ada untungnya saya menanggapi semua itu. Ketika saya tidak dihargai, saya akan mengatakannya berharap mungkin orang itu mengerti dan tidak mengulanginya, namun jika terus saja kejadian itu terulang, lupakan. Pergi saja menjauh daripada terus menjadi objek intimidasi dan semacamnya. Masih banyak kok yang masih bisa diajak bicara. Ketika ada orang sombong di depan kita, ikuti saja alur sombongnya, kalau perlu berikan service terbaik yang kita bisa, karena orang yang sombong mudah sekali tergelincir jadi tolonglah mereka. Lain lagi menghadapi orang yang selalu mengelu-elukan jasanya, beri saja apa yang dia mau, pujian kan? Berikan dan selesai. Tak perlu memasukkannya ke dalam hati.

Memang ada benarnya apa yang dikatakan orang tua jaman dulu, tua itu pasti tapi dewasa itu adalah pilihan. Dewasa itu tidak menunggu hidayah, tidak menunggu umur dan tidak menunggu hingga tua. Dewasa akan datang ketika kita mau. 


picture: anismelon

Kamis, 17 April 2014

Peluang Kesembuhan untuk Penderita Kanker yang Sering Disembunyikan Dokter



Ayupria

Seiring berkembangnya jaman, manusia semakin cerdas menemukan hal-hal baru untuk menopang hidup mereka. Asas pokok seperti pangan juga telah bergeser jauh dari sekedar untuk bertahan hidup menjadi sebuah gengsi. Seseorang dapat dikatakan mampu dan memiliki gengsi yang tinggi apabila dia telah menikmati masakan mahal dan berkelas, bercita rasa tinggi serta memiliki nilai gengsi yang tinggi pula. Namun tahukah anda, sejalan dengan nilai gengsi makanan anda maka akan semakin naik pula gengsi resiko penyakit anda. Sebagai contoh, seseorang yang hidup miskin yang hanya makan tahu tempe atau telur seminggu sekali jelas akan berbeda kondisi kesehatannya dengan seseorang yang pagi makan nasi goreng kambing, siang rendang sore sate, iga panggang dan sebagainya. Tentu pertimbangan ini dengan mengabaikan riwayat penyakit dan faktor olahraga. Seseorang yang hanya makan sayuran, tahu tempe paling jauh dia hanya akan terserang penyakit biasa yang obatnya bertebaran seperti jamur di apotik, dengan harga murah pula. Sebaliknya, pola makan kedua, resiko penyakit yang mengancam seperti kolesterol, jantung, stroke, kanker, diabetes dll. Nah kalau sudah begini, pengobatannya juga jelas bergengsi. Si penderita perlu merogoh kocek yang sangat dalam demi membeli obat-obat an hingga terapi untuk penyembuhan.

Dalam artikel ini, saya tidak ingin membahas semua penyakit yang saya sebutkan tadi. Saya hanya ingin mengulas satu yakni kanker. Kenapa? karena saya ingin berbagi pengalaman dengan penderita lain, dimana mungkin penderita lain tidak se beruntung saya karena mendapatkan dokter yang bijak. Eh jangan salah loh, bukan maksud saya menjelek-jelekkan dokter loh. Saya tahu, masuk dokter itu susah, biayanya juga tidak murah, sudah barang tentu mereka semua cerdas. Namun ada yang lebih cerdas dan lebih bijak.

Daripada bertele-tele, sebaiknya langsung saja saya jelaskan beberapa hal yang mungkin bisa membantu meringankan atau bahkan menyembuhkan sama sekali para penderita kanker.

Kanker adalah sel yang hidup di dalam tubuh. Awalnya mungkin sel biasa yang kemudian bermutasi menjadi pertumbuhannya tidak terkendali. Penyebabnya macam-macam, ada yang disebabkan oleh virus, genetik, hormon hingga pengaruh obat-obatan dan zat karsinogenik. Nah karena sel kanker ini berarti kan sel hidup, berarti dia butuh sesuatu untuk menopang hidupnya kan? secara mudahnya, setiap sel yang hidup membutuhkan nutrisi atau makanan untuk hidup, tubuh kita inangnya tapi apa yang diambil dari inang itu? jika sel kanker itu hidup, berati dia bisa mati?jawabannya BISA.

Awalnya dokter saya hanya menyarankan kepada saya untuk mencoba karena belum diteliti lebih lanjut keberhasilannya, hitung-hitung mencoba tidak ada ruginya, toh ini bukan bahan kimia dan enteng pula caranya, jika tidak berhasil pun tidak menyebabkan efek samping katanya. Lalu saya mulai menerapkannya.

1 . Pertama, kurangi konsumsi gula, turunan gula atau sama sekali tidak mengkonsumsi gula. Gula merupakan makanan pokok sel kanker, kurangi nasi putih, makanan yang mengandung pemanis buatan, serta jangan coba-coba memakai pemanis dari jagung yang dikatakan sehat. Perlu diketahui bahwa pemanis yang konon dikatakan sebagai pemanis paling sehat itu justru pestisida yang di indahkan namanya untuk menarik pembeli. Jika memang ingin menambahkan rasa manis, pakailah madu. Karena saya kebetulan seorang muslim, saya mempercayai apa yang telah Allah SWT katakan melalui firmannya bahwa di dalam madu terdapat obat segala penyakit kecuali kematian. pilihlah madu yang paling sedikit kadar airnya tanpa campuran gula. Jika ingin mengkonsumsi makanan manis tanpa gula, bisa dengan mengkonsumsi buah-buahan segar atau kurma.

2 . Kedua, makanlah makanan yang bersifat basa dalam tubuh. Karena kondisi tubuh yang basa akan membantu meningkatkan kekebalan tubuh serta memproduksi obat alami untuk tubuh. Serta hindari makanan yang bersifat asam dalam tubuh. Ingat, makanan yang bersifat asam belum tentu masam rasanya. Lemon contohnya, rasanya masam namun menjadi basa kuat dalam tubuh ketika dikonsumsi. Itulah mengapa mengkonsumsi lemon sangat dianjurkan. Berikut tabel makanan yang bersifat asam dan basa.
  
Selain makanan tersebut, ada satu makanan yang tidak boleh anda lewatkan. Pete, yap pete. Pete yang anda konsumsi akan membantu proses penyembuhan karena kandungannya yang unik. 

3 . Berolahragalah yang cukup, hindari stres, sedih, menangis serta hal-hal emosional yang memungkinkan ketidakseimbangan hormon. Meditasi adalah yang terbaik untuk menyeimbangkan kembali kondisi psikis serta hormon dalam tubuh. Anda bisa mencoba meditasi dengan pernafasan, atau jika anda masih mampu bergerak, cobalah taichi atau Qi Gong. Anda dapat menanyakannya kepada rumah sakit tempat anda berobat apakah rumah sakit menyediakan fasilitas tersebut. Kebetulan di kota saya ada banyak rumah sakit yang menyediakannya.  Jika anda muslim, sholat adalah yang terbaik, karena gerakan sholat merupakan gerakan terbaik sekaligus penyembuh jika dilakukan secara khusuk dan benar. Karena sholat menggabungkan dua elemen, gerakan serta meditasi. 

4 . Rajinlah mengkonsumsi minyak zaitun dan madu setiap bangun pagi dan menjelang tidur. Minum satu sendok madu dengan segelas air lalu tutup dengan satu sendok minyak zaitun extra virgin. Perlu menjadi catatan bahwa jangan mengkonsumsi apapun selama 30 menit setelah mengkonsumsi zaitun. Penjelasannya adalah, madu merupakan antibiotik alami yang dapat membantu tubuh menyembuhkan penyakit. ketika sel-sel dalam tubuh tersebut disembuhkan, maka dilapisi lah oleh minyak zaitun tadi agar luka yang sedang disembuhkan tidak terkena air atau makanan lain, itu sebabnya juga bahwa terapi ini juga sangat bagus untuk penderita lambung dan masalah pencernaan. Selain itu, minyak zaitun memiliki antioksidan yang sangat tinggi, perlu diingat bahwa minyak zaitun yang anda konsumsi secara langsung haruslah Extra Virgin Olive Oil. 

5 .  Konsumsi kunyit yang diperas sendiri setiap hari. Sudah bukan rahasia lagi kalau kunyit merupakan penghalang bagi kanker untuk mendapatkan makanannya. Kanker tanpa makanan akan kering dan mati dengan sendirinya.

6 . Berdoalah kepada Tuhan, dan bentuk kepercayaan diri bahwa tidak ada penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

Sekali lagi saya tidak ingin memprovokasi para pasien untuk tidak melakukan kemoterapi dan teman-temannya itu. Namun saya percaya bahwa isi kepala anda persis seperti isi kepala saya dan kebanyakan penderita kanker lainnya. Kemoterapi justru menambah parah, menimbulkan efek samping, menghabiskan uang padahal tingkat keberhasilannya rendah sekali. Tetap konsumsi obat yang disarankan dokter namun aktif lah bertanya obat-obat an yang diberikan kepada anda itu apa fungsinya, atau sesekali cobalah bergoogling ria untuk mengeceknya. Karena saat ini banyak sekali dokter yang hanya tahu meresepkan namun tidak tahu apa sebenarnya kandungan dan fungsi obat tersebut. Beruntung dokter saya selalu mengingatkan bahwa dia tidak ingin membebani pasiennya yang sudah sakit dengan banyaknya obat-obatan kimia. Sudah sakit, ditambah sakit dengan banyaknya bahan kimia yang masuk justru akan membebani hati, jantung serta ginjal penderita. Salah-salah bukannya sembuh malah komplikasi. Berawal dari sinilah kemudian saya ingin share pengalaman saya kepada siapapun yang bersedia meluangkan waktunya membaca blog saya.


untuk tambahan bacaan, silahkan buka artikel tetangga saya: 

http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/10/25/strategi-produsen-besar-obat-farmasi-604863.html
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/08/12/penipuan-oleh-pabrik-obat-farmasi-583654.html
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2013/08/13/sistem-pendidikan-dokter-harus-diubah-583921.html

Rabu, 16 April 2014

Saat Sakit, Saatnya Kadar Cinta Pasangan Diuji


Ayupria

Pernahkah ada yang mendengar jika wanita diberi kekuatan dalam setiap sentuhannya? Kekuatan dalam hatinya? Dokter mujarab untuk pasangannya, anak-anaknya, cucu-cucunya. Yap, wanita memang memilikinya, sentuhan ajaib yang menenangkan dan menentramkan. Menyembuhkan atau minimal mengurangi rasa sakit karena kasihnya, karenanya tidak pantas disebut wanita jika ada seorang wanita yang tidak memiliki insting seperti ini. Nah, bagaimana jika sebaliknya? Si wanitalah yang sekarat, disinilah kekuatan cinta diuji.

Bukan sesuatu yang asing ketika kita mendengar seorang suami menikah lagi ketika istrinya sedang sekarat menanti maut. Fenomena seperti ini sepertinya memang marak terjadi bukan hanya di negeri ini. Wanita seperti sampah yang merepotkan bagi mereka yang tidak benar-benar menyayangi. Wanita hanya dihadirkan disaat dia masih menyenangkan, dipuja saat dia masih cantik, sehat dan bermanfaat. Dijadikan penopang untuk menguatkan lelakinya disaat lelaki terpuruk, namun kebanyakan lelaki meninggalkan pasangannya ketika mereka merepotkan dan tak bermanfaat lagi.

Saya bersyukur memiliki kekasih yang sangat mencintai saya ketika saya terpuruk. Yap, saya adalah penderita kelainan endometrium, dimana pertumbuhan sel endometrium saya abnormal dan beranjak mengganas karena sudah mulai tumbuh ke luar rahim hingga melukai sel di sekitarnya,tidak perlu saya ceritakan penyakit apa itu, yang jelas saya tetap merasa bersyukur karenanya. Lesi endometrium saya hampir menginjak stadium 2, karenanya dokter mengganti obat saya dengan progestin turunan yang lebih efektif. Dokter menawarkan apakah saya akan segera menikah dan memiliki anak sehingga proses operasi dapat segera dilangsungkan bersama persalinan plus selama saya hamil saya akan terbebas dari paparan estrogen, atau saya memilih jalan operasi pengangkatan lesi sebelum menikah. Berulang kali saya drop, demam karena infeksi dari lesi yang melukai sel lain. Namun saya tetap berusaha bertahan, saya tidak ingin membuat khawatir orang-orang disekeliling saya. Sampai akhirnya suatu hari saya pingsan di jalan, tepat di parkiran RS bersama teman saya, saat itu saya benar-benar sudah tidak tahan sehingga saya minta teman saya mengantar saya ke RS, sampai disana dalam keadaan setengah sadar saya sempat di oksigen dan diberi suntikan entah apa itu, namun mengingat uang di dompet saya hanya beberapa rupiah, saya pun memutuskan untuk pulang dengan mengatakan bahwa saya sudah enakkan.

Disaat seperti ini, saya tahu saya merepotkan dan saya tidak bermanfaat, tidak produktif. Tapi semua itu saya tepis jauh-jauh. Saya tidak ingin pikiran-pikiran negatif memenuhi ruang kepala saya, saya tahu saya masih kuat dan saya bisa. Alhamdulilah kekasih saya tidak pernah merasa direpoti oleh saya, saya tahu saya merepotkan namun tidak pernah terucap sekalipun dari mulutnya kalau saya merepotkan. Dan bagi para pembaca yang kebetulan membaca tulisan saya ini, sedikit nasehat yang mungkin bisa membantu kesembuhan orang yang sedang sakit :

Setiap orang sakit tahu dan sadar jika dirinya merepotkan, namun jangan pernah mengatakannya kepadanya. Tahukah kalian mengapa saat ini banyak didirikan komunitas-komunitas untuk orang sakit? tidak lain tidak bukan ya karena untuk membesarkan hatinya, sesakit apapun manusia, jika hatinya senang, tentram sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kesembuhannya. Saya ingat kata dr.Yani, orang sakit itu ada tiga hal yang menyebabkannya, sedih, obat dan keturunan. Seseorang yang sedang sakit otomatis hormonnya tidak terkontrol, ketika kita sedih, hormon menjadi tidak seimbang sehingga dapat memperparah atau menambah jumlah virus karena kekebalan menjadi turun, maka jagalah perasaan orang sakit. Kedua, obat, bukan rahasia umum jika obat mengandung bahan kimia yang dapat menjadi pencetus sakit. ketiga adalah keturunan, ada beberapa penyakit yang memang telah diwariskan dari orang-orang terdahulu yang masih berhubungan keluarga.

Tidak semua orang memilik sifat "ndableg" atau dalam bahasa indonesia cuek, acuh ketika dia dikata-katai ketika sedang sakit. Bahkan seseorang yang ndableg pun lama-lama dapat turun kualitas ndablegnya dan menjadi sensitif ketika seseorang yang diharapkannya untuk membantu berbagi sakitnya berbalik melukainya.

Aku berterima kasih untuk kekasihku tercinta, yang selalu ada ketika aku butuhkan, selalu bersedia menjadi tempatku berbagi, berkeluh kesah, tidak pernah mengeluh dalam merawatku, tidak pernah lelah dalam menanyakan keadaanku, selalu memberikan perhatian besar untukku, tidak pernah meninggalkanku meski tahu keadaanku, dan selalu mendukungku untuk sembuh. Untukmu, semoga Tuhan membalas semua kebaikanmu. Aku tahu aku merepotkanmu sayang, tapi tak pernah sekalipun kudengar kata itu terlontar dari mulut manismu, I Love You.


Selasa, 15 April 2014

Ada Bekicot, Ucapkan Selamat Tinggal Pada Perawatan Mahal

Ayupria

Bekicot?
Mendengar namanya saja sudah jijik. Itu adalah respon pertama setiap orang yang mendengar kata itu. Tapi tahukah kalian guys, kalau lendir bekicot itu jauh lebih tokcer daripada essence atau krim dokter manapun, karena sifatnya yang alami sehingga tidak ada efek samping yang akan diterima si pengguna siput manis ini. Beberapa spa di kota saya juga sudah ada yang menggunakan metode lendir bekicot sebagai rangkaian perawatan yang ditawarkan. Namun jangan kaget ya guys, harganya tentu tidak murah.

Nah, daripada datang ke spa-spa mahal alangkah baiknya kita coba sendiri dirumah. Siapkan bekicot yang akan kita gunakan, jaga agar siput ini tetap hidup. Cuci bersih lalu siapkan tempat sepeti piring yang lebar, letakkan si bekicot ini diatasnya, biarkan dia keluar dari cangkangnya dan berjalan ke luar piring karena otomatis lendirnya akan tertinggal di piring tersebut, oleskan lendir bekicot ke wajah yang telah dibersihkan. tunggu beberapa saat hingga kering lalu bilas dengan air.

Guys, pasti masih pada bingung kan, kenapa kok mesti repot-repot menggunakan lendir bekicot. Dulu sewaktu saya SMA, saya pernah melakukan penelitian ilmiah terhadap lendir bekicot, kemampuannya dalam meregenerasi kulit, dari yang sedang hingga parah. dari yang luka kecil hingga bekas luka yang telah membentuk jaringan parut, hasilnya positif, semua dapat diatasi dengan pemakaian lendir bekicot secara rutin. Lendir bekicot mampu mengembalikan kondisi kulit ke keadaan semula, meratakan warna kulit, mengencangkan plus mengobati luka maupun bekas luka pada kulit.

Selamat mencoba yah


gambar diambil dari : http://thebookofyhan.blogspot.com/2013/06/peluang-usaha-budidaya-ternak-bekicot.html

Nino, Si Psikolog Lansia Terhebat Sepanjang Masa




Ayupria

Aku tidak tahu apakah yang aku tulis ini memang benar ada kaitannya ataukah memang hanya kebetulan dan keajaiban yang terjadi di dalam keluargaku. Aku tidak bermaksud untuk membuat para pembaca tulisanku mengikuti apa yang telah aku lakukan, namun aku berharap kalian mencobanya, setidaknya beberapa saat sampai kalian merasa bosan dan membuangnya.
Apakah kalian memiliki seorang kakek atau nenek yang sudah lanjut usia? Pikun, emosional serta berbagai permasalahan seputar lansia? Ya aku punya. Aku memiliki seorang kakek yang sudah sangat sepuh sekali, tahun ini kalau tidak salah tahun 103 beliau hidup di dunia ini. Meskipun sudah sepuh sekali, namun secara fisik tidak ada perubahan yang berarti, gigi masih utuh, badan juga masih tegak, hanya saja kekuataannya mungkin sudah banyak berkurang.
Awalnya, kakekku senang sekali marah. Pemarah tingkat akut kalau aku boleh berkata. Tensinya kala itu hampir 200. Darah tinggi, rawan stroke dan masih suka berjalan kesana kemari,  otomatis pada suatu hari jatuhlah beliau, sakit. Tapi sepertinya kakekku ini tipe kakek yang tidak mau menerima kenyataan kalau beliau sudah sepuh. Kalau dibilangin ngeyelnya minta ampun, kelakuannya sudah berubah seperti anak kecil lagi. Kalau tidak dituruti marah, makan tidak enak dilempar piringnya, kalau ada kemauan harus. Kebetulan kakekku ini tinggal dengan Ibuku, anak-anaknya yang lain tidak begitu peduli dengannya, cuma Ibuku dan aku yang setia merawatnya. Ada yang berdalih karena ribet, simbah cerewet, ngrepotin, takut ilang, jijik dsb. Padahal di usia senja seperti ini beliau butuh dukungan dari anak cucunya. Namun jangankan anak, pengen nyayang cucunya saja cucunya pada jijik semua, yang pesinglah apalah. Mungkin beliau jadi frustasi atau apa aku tidak tahu.
Sejak itulah, ibuku dan kakekku sering bertengkar, rumah seperti neraka. Ibuku kesal karena kakek tak pengertian. Sudah diurusi, masih suka marah-marah bahkan memukul pakai tongkatnya jika permintaannya tidak dituruti. Kakek kalau sakit pasti tensinya naik, berobat lagi berobat lagi, padahal kalau sakit siapa juga yang mengobati, dan bla bla bla.
Namun semua itu kini berakhir..
Semua kejadian-kejadian buruk, pertengkaran, rasa frustasi bahkan putus asa, END.
Aku berinisiatif memelihara seekor kucing peranakan angora jawa, berbulu abu-abu terang kea rah biru. Matanya cantik, cerdas dan manja. Namanya Nino. Nino kucing yang pintar, cepat sekali diajari dan seperti mengerti bahasa manusia. Kebetulan di rumah banyak sekali tikus, Satu waktu Ibuku bilang ke si Nino “Kamu dikasih makan buat cari tikus, sana cari tikus, tapi jangan dimakan, dibunuh aja.” “miauw” kata nino. Besoknya, saat pagi-pagi Ibuku bangun terkaget-kaget ada bangkai tikus di kasur disebelahnya ada Nino, ternyata Nino mau pamer kalau dia berhasil menangkap tikus. Ada lagi yang lucu dari Nino, kalau dia sedang lapar, didorong-dorong dan diseret-seretnya tempat makannya kemudian ditunjukkin ke aku, Ibuku atau kakekku. Kakekku yang dulunya tidak suka kucing pun mendadak jadi suka. Katanya Nino itu manis, tidak mau mencuri kalau tidak dikasih, mau nungguin orang makan tanpa mengganggunya. Dan suka bermanja-manja ria sama kakekku mulai dari mengendus, mencium, dan mijit-mijit kecil. Nino tidur pun sama kakekku karena kalau tidur sama ibuku pastilah dia diusir, mungkin dari sinilah kedekatan mereka berdua terjalin. Setiap pagi nino lah yang membangunkan kakekku dengan dijilatin kupingnya, kadang malah mukanya. Ada rutinitas baru kakekku, “Ngasih makan nino” plus ngelus-elus si manis ku ini. Kalau Ibuku sedang repot tidak sempat memberi makan, kakekku lah yang sabar member makan nino sambil dielus-elus punggungnya. Mungkin dari sini juga kakung jadi merasa berarti dan merasa dibutuhkan sekaligus bisa meluapkan rasa sayang yang mungkin dipendamnya untuk cucu-cucunya, Ibuku pun bilang kalau tugas kakek sekarang ngasih makan nino. Sejak saat itulah, kakek tidak pernah marah-marah lagi, tensinya pun selalu normal, sehat dan kulihat beliau bahagia bermain dengan sahabat barunya, sedangkan aku? Cuma bisa bermain dengan nino dan beliau ketika aku pulang saja, hehehe.