Ayupria
Aku tidak tahu apakah yang aku tulis ini memang benar ada kaitannya ataukah memang hanya kebetulan dan keajaiban yang terjadi di dalam keluargaku. Aku tidak bermaksud untuk membuat para pembaca tulisanku mengikuti apa yang telah aku lakukan, namun aku berharap kalian mencobanya, setidaknya beberapa saat sampai kalian merasa bosan dan membuangnya.
Aku tidak tahu apakah yang aku tulis ini memang benar ada kaitannya ataukah memang hanya kebetulan dan keajaiban yang terjadi di dalam keluargaku. Aku tidak bermaksud untuk membuat para pembaca tulisanku mengikuti apa yang telah aku lakukan, namun aku berharap kalian mencobanya, setidaknya beberapa saat sampai kalian merasa bosan dan membuangnya.
Apakah kalian memiliki seorang kakek atau nenek yang sudah
lanjut usia? Pikun, emosional serta berbagai permasalahan seputar lansia? Ya
aku punya. Aku memiliki seorang kakek yang sudah sangat sepuh sekali, tahun ini
kalau tidak salah tahun 103 beliau hidup di dunia ini. Meskipun sudah sepuh
sekali, namun secara fisik tidak ada perubahan yang berarti, gigi masih utuh,
badan juga masih tegak, hanya saja kekuataannya mungkin sudah banyak berkurang.
Awalnya, kakekku senang sekali marah. Pemarah tingkat akut kalau
aku boleh berkata. Tensinya kala itu hampir 200. Darah tinggi, rawan stroke dan
masih suka berjalan kesana kemari,
otomatis pada suatu hari jatuhlah beliau, sakit. Tapi sepertinya kakekku
ini tipe kakek yang tidak mau menerima kenyataan kalau beliau sudah sepuh.
Kalau dibilangin ngeyelnya minta ampun, kelakuannya sudah berubah seperti anak
kecil lagi. Kalau tidak dituruti marah, makan tidak enak dilempar piringnya,
kalau ada kemauan harus. Kebetulan kakekku ini tinggal dengan Ibuku,
anak-anaknya yang lain tidak begitu peduli dengannya, cuma Ibuku dan aku yang
setia merawatnya. Ada yang berdalih karena ribet, simbah cerewet, ngrepotin,
takut ilang, jijik dsb. Padahal di usia senja seperti ini beliau butuh dukungan
dari anak cucunya. Namun jangankan anak, pengen nyayang cucunya saja cucunya
pada jijik semua, yang pesinglah apalah. Mungkin beliau jadi frustasi atau apa
aku tidak tahu.
Sejak itulah, ibuku dan kakekku sering bertengkar, rumah
seperti neraka. Ibuku kesal karena kakek tak pengertian. Sudah diurusi, masih
suka marah-marah bahkan memukul pakai tongkatnya jika permintaannya tidak
dituruti. Kakek kalau sakit pasti tensinya naik, berobat lagi berobat lagi,
padahal kalau sakit siapa juga yang mengobati, dan bla bla bla.
Namun semua itu kini berakhir..
Semua kejadian-kejadian buruk, pertengkaran, rasa frustasi
bahkan putus asa, END.
Aku berinisiatif memelihara seekor kucing peranakan angora jawa,
berbulu abu-abu terang kea rah biru. Matanya cantik, cerdas dan manja. Namanya
Nino. Nino kucing yang pintar, cepat sekali diajari dan seperti mengerti bahasa
manusia. Kebetulan di rumah banyak sekali tikus, Satu waktu Ibuku bilang ke si
Nino “Kamu dikasih makan buat cari tikus, sana cari tikus, tapi jangan dimakan,
dibunuh aja.” “miauw” kata nino. Besoknya, saat pagi-pagi Ibuku bangun
terkaget-kaget ada bangkai tikus di kasur disebelahnya ada Nino, ternyata Nino
mau pamer kalau dia berhasil menangkap tikus. Ada lagi yang lucu dari Nino,
kalau dia sedang lapar, didorong-dorong dan diseret-seretnya tempat makannya
kemudian ditunjukkin ke aku, Ibuku atau kakekku. Kakekku yang dulunya tidak
suka kucing pun mendadak jadi suka. Katanya Nino itu manis, tidak mau mencuri
kalau tidak dikasih, mau nungguin orang makan tanpa mengganggunya. Dan suka
bermanja-manja ria sama kakekku mulai dari mengendus, mencium, dan mijit-mijit kecil. Nino tidur pun sama kakekku karena kalau
tidur sama ibuku pastilah dia diusir, mungkin dari sinilah kedekatan mereka
berdua terjalin. Setiap pagi nino lah yang membangunkan kakekku dengan dijilatin kupingnya, kadang malah mukanya. Ada rutinitas baru kakekku, “Ngasih makan nino” plus
ngelus-elus si manis ku ini. Kalau Ibuku sedang repot tidak sempat memberi
makan, kakekku lah yang sabar member makan nino sambil dielus-elus
punggungnya. Mungkin dari sini juga kakung jadi merasa berarti dan merasa
dibutuhkan sekaligus bisa meluapkan rasa sayang yang mungkin dipendamnya untuk
cucu-cucunya, Ibuku pun bilang kalau tugas kakek sekarang ngasih makan nino.
Sejak saat itulah, kakek tidak pernah marah-marah lagi, tensinya pun selalu
normal, sehat dan kulihat beliau bahagia bermain dengan sahabat barunya,
sedangkan aku? Cuma bisa bermain dengan nino dan beliau ketika aku pulang saja,
hehehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar