Selasa, 29 April 2014

Sudahlah, Lupakanlah, Lepaskanlah


Ayupria

. . . "Apologizing doesnt always mean you are wrong and the other person is right, it just mean you value your relationship more than your ego" . . .

Sudahlah, lupakanlah dan lepaskanlah semua yang memberatkanmu. Untuk apa terus disimpan, toh tidak akan menjadi emas bukan? Semua adalah pilihan, tentram atau tidaknya hatimu, kamu sendiri yang menentukan. Senyum itu akan tetap ditempatnya atau tidak juga pilihanmu untuk mengaturnya. Tapi ingat, semua pilihan pasti ada pertanggungjawabannya kelak.

Luka hati, memang perih, sakit. Terkadang dahsyat sekali sakitnya sampai-sampai ada yang tidak bisa move on. Tapi semua itu tergantung kitanya kok, bagaimana kita memanage hati yang cuma satu ini. Apakah kita memilih memaafkan kemudian melupakannya ataukah luka itu akan terus kita simpan, terus kita ingat dan merongrong kesehatan kita. Sudahlah, lebih baik lupakanlah. Banyak dari kita yang mengatakan kalau teori memang mudah, tapi melakukannya sulit. Bagi yang berfikir begitu, hey, bacalah sebentar.

Sebagai manusia biasa, saya juga pernah mengalami hal yang sama. Pernah mengatakan hal yang sama ketika saya dinasehati. Sampai suatu saat saya menyadari bahwa tidak ada yang rugi atas kebecian ini selain diri saya sendiri. Saya lelah menyimpan luka bertahun-tahun, akhirnya saya pilih melepaskannya. Biar itu menjadi urusan Tuhan saya dan dia yang menyakiti saya, saya sudah maafkan, masalah antara saya dengan mereka sudah selesai. Saya merasa lebih ringan, merasa hidup kembali dan merasa lebih baik.  Sejak saat itu, saya terus melatih diri saya, untuk tidak merespon semua pancingan-pancingan emosi yang ditujukan kepada saya. Saya pikir, tidak ada untungnya saya menanggapi semua itu. Ketika saya tidak dihargai, saya akan mengatakannya berharap mungkin orang itu mengerti dan tidak mengulanginya, namun jika terus saja kejadian itu terulang, lupakan. Pergi saja menjauh daripada terus menjadi objek intimidasi dan semacamnya. Masih banyak kok yang masih bisa diajak bicara. Ketika ada orang sombong di depan kita, ikuti saja alur sombongnya, kalau perlu berikan service terbaik yang kita bisa, karena orang yang sombong mudah sekali tergelincir jadi tolonglah mereka. Lain lagi menghadapi orang yang selalu mengelu-elukan jasanya, beri saja apa yang dia mau, pujian kan? Berikan dan selesai. Tak perlu memasukkannya ke dalam hati.

Memang ada benarnya apa yang dikatakan orang tua jaman dulu, tua itu pasti tapi dewasa itu adalah pilihan. Dewasa itu tidak menunggu hidayah, tidak menunggu umur dan tidak menunggu hingga tua. Dewasa akan datang ketika kita mau. 


picture: anismelon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar