Rabu, 16 April 2014

Saat Sakit, Saatnya Kadar Cinta Pasangan Diuji


Ayupria

Pernahkah ada yang mendengar jika wanita diberi kekuatan dalam setiap sentuhannya? Kekuatan dalam hatinya? Dokter mujarab untuk pasangannya, anak-anaknya, cucu-cucunya. Yap, wanita memang memilikinya, sentuhan ajaib yang menenangkan dan menentramkan. Menyembuhkan atau minimal mengurangi rasa sakit karena kasihnya, karenanya tidak pantas disebut wanita jika ada seorang wanita yang tidak memiliki insting seperti ini. Nah, bagaimana jika sebaliknya? Si wanitalah yang sekarat, disinilah kekuatan cinta diuji.

Bukan sesuatu yang asing ketika kita mendengar seorang suami menikah lagi ketika istrinya sedang sekarat menanti maut. Fenomena seperti ini sepertinya memang marak terjadi bukan hanya di negeri ini. Wanita seperti sampah yang merepotkan bagi mereka yang tidak benar-benar menyayangi. Wanita hanya dihadirkan disaat dia masih menyenangkan, dipuja saat dia masih cantik, sehat dan bermanfaat. Dijadikan penopang untuk menguatkan lelakinya disaat lelaki terpuruk, namun kebanyakan lelaki meninggalkan pasangannya ketika mereka merepotkan dan tak bermanfaat lagi.

Saya bersyukur memiliki kekasih yang sangat mencintai saya ketika saya terpuruk. Yap, saya adalah penderita kelainan endometrium, dimana pertumbuhan sel endometrium saya abnormal dan beranjak mengganas karena sudah mulai tumbuh ke luar rahim hingga melukai sel di sekitarnya,tidak perlu saya ceritakan penyakit apa itu, yang jelas saya tetap merasa bersyukur karenanya. Lesi endometrium saya hampir menginjak stadium 2, karenanya dokter mengganti obat saya dengan progestin turunan yang lebih efektif. Dokter menawarkan apakah saya akan segera menikah dan memiliki anak sehingga proses operasi dapat segera dilangsungkan bersama persalinan plus selama saya hamil saya akan terbebas dari paparan estrogen, atau saya memilih jalan operasi pengangkatan lesi sebelum menikah. Berulang kali saya drop, demam karena infeksi dari lesi yang melukai sel lain. Namun saya tetap berusaha bertahan, saya tidak ingin membuat khawatir orang-orang disekeliling saya. Sampai akhirnya suatu hari saya pingsan di jalan, tepat di parkiran RS bersama teman saya, saat itu saya benar-benar sudah tidak tahan sehingga saya minta teman saya mengantar saya ke RS, sampai disana dalam keadaan setengah sadar saya sempat di oksigen dan diberi suntikan entah apa itu, namun mengingat uang di dompet saya hanya beberapa rupiah, saya pun memutuskan untuk pulang dengan mengatakan bahwa saya sudah enakkan.

Disaat seperti ini, saya tahu saya merepotkan dan saya tidak bermanfaat, tidak produktif. Tapi semua itu saya tepis jauh-jauh. Saya tidak ingin pikiran-pikiran negatif memenuhi ruang kepala saya, saya tahu saya masih kuat dan saya bisa. Alhamdulilah kekasih saya tidak pernah merasa direpoti oleh saya, saya tahu saya merepotkan namun tidak pernah terucap sekalipun dari mulutnya kalau saya merepotkan. Dan bagi para pembaca yang kebetulan membaca tulisan saya ini, sedikit nasehat yang mungkin bisa membantu kesembuhan orang yang sedang sakit :

Setiap orang sakit tahu dan sadar jika dirinya merepotkan, namun jangan pernah mengatakannya kepadanya. Tahukah kalian mengapa saat ini banyak didirikan komunitas-komunitas untuk orang sakit? tidak lain tidak bukan ya karena untuk membesarkan hatinya, sesakit apapun manusia, jika hatinya senang, tentram sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kesembuhannya. Saya ingat kata dr.Yani, orang sakit itu ada tiga hal yang menyebabkannya, sedih, obat dan keturunan. Seseorang yang sedang sakit otomatis hormonnya tidak terkontrol, ketika kita sedih, hormon menjadi tidak seimbang sehingga dapat memperparah atau menambah jumlah virus karena kekebalan menjadi turun, maka jagalah perasaan orang sakit. Kedua, obat, bukan rahasia umum jika obat mengandung bahan kimia yang dapat menjadi pencetus sakit. ketiga adalah keturunan, ada beberapa penyakit yang memang telah diwariskan dari orang-orang terdahulu yang masih berhubungan keluarga.

Tidak semua orang memilik sifat "ndableg" atau dalam bahasa indonesia cuek, acuh ketika dia dikata-katai ketika sedang sakit. Bahkan seseorang yang ndableg pun lama-lama dapat turun kualitas ndablegnya dan menjadi sensitif ketika seseorang yang diharapkannya untuk membantu berbagi sakitnya berbalik melukainya.

Aku berterima kasih untuk kekasihku tercinta, yang selalu ada ketika aku butuhkan, selalu bersedia menjadi tempatku berbagi, berkeluh kesah, tidak pernah mengeluh dalam merawatku, tidak pernah lelah dalam menanyakan keadaanku, selalu memberikan perhatian besar untukku, tidak pernah meninggalkanku meski tahu keadaanku, dan selalu mendukungku untuk sembuh. Untukmu, semoga Tuhan membalas semua kebaikanmu. Aku tahu aku merepotkanmu sayang, tapi tak pernah sekalipun kudengar kata itu terlontar dari mulut manismu, I Love You.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar