Sabtu, 22 Oktober 2011

Cerpen : Surat Cinta untuk Bily

Seandainya aku katakan apa yang aku rasakan, apakah kau akan mendengarkannya? Mungkin kau memang akan mendengarkannya, namun apa tindakanmu selanjutnya?
Aku tahu keadaanmu dalam posisi yang sulit, aku tahu. Makanya aku akhir-akhir ini juga tak banyak menuntut kepadamu. Cuma itu yang dapat ku tunjukkan sebagai bukti sayangku terhadapmu.

Aku adalah Grin, aku memiliki seorang kekasih bernama Bili. Aku dan Bili adalah sepasang kekasih yang berbeda latar belakang. 180'. Aku berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, bahkan bisa dibilang aku berasal dari keluarga berantakan. Masa laluku suram. hampir aku terjerumus ke hal-hal negatif ketika aku beranjak dewasa. Namun aku lekas tersadar dan,,yah inilah aku sekarang.

Aku kemudian bertemu dengan Bili, kekasihku. Dia berasal dari keluarga yang agamis, sangat agamis. Dia juga yang telah banyak berjasa mengarahkanku ke dalam perbahan besar dalam hidupku. I love U Bil,,
Oya satu hal yang aku suka dari Bily, yaitu pendiriannya yang teguh, serta jiwa sosialnya yang agung.

Mulanya hubunganku dengan Bily baik-baik saja. Kemudian datanglah hari itu, hari dimana aku diperkenalkannya dengan keluarganya. Hari itu aku begitu bersemangat, sangat bersemangat. Terang saja, "aku kan mau di kenalkannya ke keluarganya." benakku dalam hati. Pokoknya hari itu I'll do the best lah. Aku akan berusaha supaya tidak mengecewakan kekasihku. Aku kemudian diperkenalkannya dengan kakaknya, 'baik, itu kesanku yang pertama. Diajaknya aku berkeliling, sehingga aku pun cepat akrab dengan mereka. Selain karena mereka welcome denganku, aku juga telah membuang jauh-jauh rasa sungkanku agar tidak menjadi penghambat.

Setibanya di rumah, dikenalkannya aku dengan papanya. Orangnya baik, berperawakan 'depah kalau menurut orang jawa. Segera kusambut beliau dengan mencium tangannya, namun beliau menolak. "Mungkin karena bukan muhrim, dan memang beginilah adat orang Islam yang baik." begitu saja pikirku saat itu. Dari sejak bertemu aku berusaha memancing agar beliau bicara atau apa, aku sering melihat ke arah beliau berharap ditanya atau paling tidak dibalasnya senyumanku. Tapi tidak juga diliriknya aku sama sekali, duh sedihnya aku. Apalagi ditambah kekasihku malah pergi sendiri entah kemana, dan meninggalkanku sendiri dengan keluarganya. Padahal aku baru saja mengenal mereka. Bily bilang supaya aku lebih dekat dengan mereka. "iya Bil, aku akan berusaha seperti yang kamu mau.".

Selang beberapa waktu aku ditawari untuk diajak makan malam oleh keluarganya, aku menolak karena memang perutku sudah terasa penuh. Bisa lah kalian bayangkan perasaanku waktu itu, lalu bagaimana aku bisa makan? perutku saja terasa begah dan dadaku sesak menahan tangis. Namun aku tetap berusaha menutupinya agar tidak terlihat kaku.  Akhirnya Bily pun pulang sekitar pukul sebelas malam, senyum mengembang dari bibirku. Rasanya seperti 'ces -- akhirnya Bily pulang.

Fajar mulai datang setelah semalaman aku menghitung detak jam dinding yang tergantung diatas pintu. berkali-kali ku tengok jarum jamnya, 'kenapa ga jalan sih jarumnya'. Pagi-pagi sekali aku langsung menelepon mamaku, biasalah anak mama gitu loh. Aku berlari ke arah dapur, kebetulan saat itu dapur masih sepi. Aku bilang ke mama apa yang kualami sambil meluapkan tangisku yang kutahan sejak tadi malam, "Ma, Grini ga betah, Grini dicuekin, sama sekali ga dilirik.", "Yaudah, Pulang.".

Pagi-pagi buta aku langsung mandi dan mengajak Bily ke tempat saudaraku yang kebetulan juga tinggal di kota yang sama. Namun ya Tuhan,,,Bily lebih cinta tidurnya daripada mengantarkanku ke tempat saudaraku. Ingin rasanya aku menangis saat itu juga. Aku benar-benar merasa seperti orang asing yang kehilangan arah. Untuk apa kau ajak aku kemari Bil, jika ini yang ingin kau tunjukkan kepadaku?

***

Beberapa waktu setelah kejadian itu, ada saja masalah diantara kami. Pernah suatu ketika Bily bercerita kepadaku tentang salah seorang kakaknya yang berkata "Perempuan kan masih banyak Bil, tinggalkan saja dia dan cari yang lain.". Saat aku dengar Bily bercerita itu sebenarnya aku merasa 'Oh berarti aku tidak terlalu disukai. Namun aku berusaha menyembunyikan perasaanku karena aku tak ingin membuat Bily kecewa, aku suka kejujurannya mengatakan itu. Aku merasa kok kayanya aku ga berharga banget, padahal kalau Bily mau membuka matanya, aku sampai ingin mengatakan 'Bil, lihatlah betapa banyak yang menginginkanku dengan serius, namun aku memilihmu, kenapa kau beginikan aku.

Bily, seandainya kamu tahu aku iri dengan kekasihmu dulu yang bisa diterima oleh kakak-kakakmu, oleh ayahmu. Aku juga takut terhadap sahabatmu. Karena setiap kau menceritakannya sorot matamu menyiratkan ada sesuatu yang dalam meskipun kau tak mengatakannya, jangan tanya mengapa Bil, karena aku wanita.

Akhir-akhir ini Bily sering marah-marah. Memang sih kelakuanku selalu kekanak-kanakan dan membuatnya muak. Tapi Bil, aku hanya mencari sensasi agar kau lebih memperhatikanku, salahkah aku Bil?
Aku takut Bil, aku takut jika kau marah. Tapi kenapa hanya karena masalah kecil saja, sering kau marah-marah dan diam seribu bahasa? Bukankah kau tahu budaya kita berbeda. Tak bisakah kau mengajariku dengan perlahan? Aku butuh waktu untuk menjadi seperti yang kamu mau. Dan apakah perubahan yang telah aku lakukan tidak kau lihat sedikit pun sebagai niatku untuk benar-benar serius terhadapmu Bil?

Bily sayang, aku telah berubah. Aku tidak lagi bermanja-manjaan yang membuatmu muak. Aku menyiapkan sarapan yang ku masak sendiri untukmu. Aku menyediakan air dan semua perlengkapan untuk kau mandi. Aku menyediakanmu tempat untuk istirahat, kubersihkan komedomu, sampai bajumu yang berkeringat setelah kau bermain futsal pun aku cuci. Aku juga telah berusaha mendekatkan diri dengan keluargamu.

Suatu hari, datang seorang melamarku ke rumah. Orangnya baik, sudah bekerja pula. Dan mama menyetujuinya jika aku mau. Namun aku menolak, aku tetap memilih Bily. Meski kami sering bertengkar, namun hal itu tidak mengurangi sedikit pun rasa sayangku untuk Bily.

Sekarang, aku merasa aku benar-benar ditolak oleh keluarganya. Aku merasa perlakuan baik mereka hanya sekedar basa-basi. Aku juga tak menyalahkan siapa-siapa. Aku tidak sebanding dengan Bily, itu saja. Dan mamaku pun juga tidak menyetujui hubuunganku dengan Bily setelah mama mengetahui perlakuan kasar Bily terhadapku. Yah, salahku juga sih kenapa waktu itu aku cerita ke mama, sekali lagi 'dasar anak mami'. Meskipun sekarang aku berusaha mati-matian memperbaiki citra Bily di mata mama. Akan tetap sulit jika bukan Bily sendiri yang berusaha mengambil hati mamaku.

Hal yang sama juga terjadi dari pihak keluarga Bily. Keluarganya seakan tidak setuju jika Bily denganku. Namun Bily selalu marah jika aku membahas itu, padahal itu masalah kami, Oh God,,
Pertamanya aku marah juga dengan kelakuan Bily, namun lama-lama bisa kupahami juga kenapa dia seperti itu. Dia hanya membela apa yang dia punya. Kalau boleh kukatakan, kita sama Bil, aku sayang mama, kau sayang papamu. Namun aku perempuan Bil, apa aku harus mengiba meminta untuk diterima dan berpura-pura mendekatkan diri sedangkan keadaannya seperti ini? Apa kata mamaku Bil kalau mama tahu? Harusnya kau yang lebih intens mendekatkan diri kepada mamaku agar mama tidak memandangmu buruk lagi, dan seharusnya kau bawa aku masuk perlahan ke keluargamu, bersama denganmu.

Sedih...saat ku baca statusmu hari ini. Aku bingung jika kau bertanya seperti itu terhadapku. Aku hanya seorang wanita Bil, aku tak bisa berlari untuk mengejarmu. Dan aku juga tak bisa memberimu kepastian, karena kepastian ada di tanganmu Bil. Jika kamu dapat meluluhkan hati mamaku, kemudian kau dapat bawa aku masuk ke duniamu, maka kepastian itu ada dan pasti. Namun jika kau tak bisa lakukan itu, aku hanya bisa diam dan menjalani semua ini seperti layaknya air yang mengalir. Kuturuti dimana air ini akan membawa ke ujung takdirku. Apakah denganmu atau justru dengan orang lain. Aku tidak tega Bil, aku tahu kau banyak masalah, makanya aku tak menuntutmu untuk melakukan ini. lakukan apa yang kau ingin lakukan Bil, Just do it. Jika kau ingin meninggalkanku, itu pilihanmu. Namun jangan tanyakan itu lagi, karena kau tahu aku selalu mencintaimu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar